Selasa, Desember 04, 2007

Pengorbanan

Bagaimana perasaan kita ketika harus berpisah dengan istri dan anak kita yang masih bayi di rumah atau mungkin di terminal ketika kita ingin berangkat ke suatu tempat yang jauh dalam kurun waktu yang sebetulnya tidak terlalu lama mungkin seminggu, sebulan atau setahun?

Perasaan berat untuk berpisah, sedih, kangen bisa jadi bercampur aduk menjadi satu walaupun kita tahu berapa lama kita pergi dan untuk apa kita pergi.

Namun pernahkah kita membayangkan bagaimana perasaan Seorang Ibrahim ketika harus meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi merah di suatu gurun yang luas yang berjarak ribuan kilometer dari rumahnya tanpa persediaan makanan yang cukup dengan jangka waktu dan alasan yang dia sendiri tidak tahu kecuali untuk tunduk dan taat terhadap perintah Allah.

Ketika sampai pada tempat yang dituju dan Ibrahim hendak pergi meninggalkan istri dan anaknya, si istri mengejar dan berkata, "Hendak kemana engkau Ibrahim?, mengapa engkau tinggalkan kami berdua ditempat seperti ini?, padahal engkau tahu tidak terdapat sesuatupun di dalamnya".

Tak sanggup Ibrahim menjawab pertanyaan sang istri tercinta. Ia hanya terdiam dan terus berjalan meninggalkan keduanya.

ketika sang istri kembali bertanya, "Hendak kemana engkau suamiku? kenapa engkau tinggalkan kami?
Dan Ibrahim kembali hanya diam dan tetap berjalan dengan hati berkecamuk sedih karena tidak mampu menjawab pertanyaan istri tercinta.
Dan untuk ketiga kalinya sang istri kembali bertanya, "Apakah engkau melakukan ini karena perintah Allah?"
Inilah satu-satunya pertanyaan yang sanggup dijawab oleh Ibrahim dan dia berkata,
"Benar, ini adalah perintah Allah"
terdiam Siti Hajar demi mendengar jawaban sang suami, kemudian dengan penuh ketegaran si istri berkata,"kalau begitu Allah tentu tidak akan menyia-nyiakan kami.

Berpisah di rumah ataupun di terminal, dalam hitungan menit kita sudah tidak melihat lagi bayangan/ wajah istri dan anak kita.
Namun berpisah disuatu gurun yang luas, akan sangat terasa perpisahan itu. dari mulai tampak besar sampai kemudian menjadi kecil, kecil dan kecil sampai menjadi titik dan hilang ditelan bumi.

Dan episode selanjutnya adalah bagaimana perjuangan siti hajar ketika harus berjuang demi mepertahankan hidup dirinya dan bayinya Ismail. bagaimana dia harus berlari dari satu lembah ke lembah lainnya hanya untuk mencari seteguk air agar dapat bertahan hidup yang kemudian peristiwa ini diabadikan dalam salah satu ritual haji.

Setelah sekian lama berpisah dan kemudian dipertemukan kembali, berakhirkah ujian dari Allah?
Ternyata tidak. ketika Ismail menjelang dewasa, Ibrahim bermimpi. Dan dalam mimpinya Ibrahim sedang melakukan penyembelihan terhadap anak yang paling dicintainya.


Aku yakin, tidak akan ada satupun didunia ini seorang ayah yang mau dan tega menyembelih darah dagingnya sendiri apalagi hanya melalui mimpi.
Namun mimpi seorang nabi adalah benar dan itu merupakan wahyu dari Allah SWT.

Dan Nabi Ibrahim, kembali menunjukkan pengorbanan sejati seorang hamba yang dengan rela dan keikhlasan yang tiada taranya di dunia ini untuk mengorbankan anak yang paling dicintainya hanya untuk menunjukkan pengorbanan dan kecintaannya kepada Allah. yang mana dengan kecintaannya itu Allah kemudian mengganti anaknya dengan seekor domba yang peristiwa ini menjadi tonggak awal dalam ibadah Qurban yang kita lakukan sampai saat ini.

bagaimana dengan aku? apa yang sudah aku lakukan dan korbankan sebagai wujud kecintaan seorang hamba kepada sang khalik?
Allah tidak menyuruh aku untuk meninggalkan istri dan anakku ditempat yang tak bertuan.
Allah tidak memerintahkanku untuk menyembelih darah dagingku sendiri.

Allah hanya memerintahkan untuk berbagi rezeki kepada orang lain yang lebih membutuhkan, yang memang mereka memiliki hak didalamnya.

Ya, Allah aku memang tidak sanggup menjadi seorang suami dan ayah sebagaimana Ibrahim menjadi suami dan ayah bagi istri dan anaknya.

Namun, mudahkan bagiku ditahun ini untuk dapat berkurban dan menyisihkan sebagian rezekiku sebagai wujud kecintaanku kepada-Mu dan sunah nabi-MU.



Ya lagi nabung supaya bisa beli kambing untuk kurban...

photo:www.mccullagh.org

Tidak ada komentar: