Dua hari yang lalu saya berkunjung ke rumah salah seorang sahabat yang kebetulan baru saja di tinggal pergi oleh ayahnda tercinta untuk selama-lamanya.
Ada sugurat kesedihan terpancar di wajahnya, namun di saat yang bersamaan terpancar juga rona keikhlasan di wajahnya yang teduh dan selalu tersenyum.
" Kita memang gak nyangka beliau pergi secepat ini, karena beberapa hari sebelumnya terlihat kesehatannya berangsur-angsur membaik,".. demikian katanya.
Saya pun tertegun diam mendengar cerita disaat terakhir menjelang kepergian ayahnda tercinta.
tentang dirinya yang sedikit menyesal karena tidak dapat maksimal menunggui ayahnya yang terbaring sakit dikarenakan kesibukan kantor dan program dakwah yang cukup menyita waktu, tentang penyakit leukimia yang mendera ayahnya setahun terakhir ini, tentang keluarganya, dan tentang permintaan sang Ayah di saat-saat kritisnya.
" Malam hari menjelang wafat, beliau minta dibacakan surat yasin sama kakak supaya beliau juga bisa mengikuti lantunan ayat yang sedang dibaca," lirih sahabatku, dan dan keesokan harinya menjelang waktu subuh, di saat-saat terakhir, beliau sempat meminta kepada istrinya tercinta untuk membacakan surat syifa. sampai akhirnya waktu itupun tiba...
kita memang gak pernah tau kapan saat terakhir akan tiba entah buat orang tua, saudara, anak, istri bahkan diri kita sendiri.
Saya sendiri kadang merasa saat terakhir itu masih lama, masih banyak mimpi yang belum terwujud dan karena merasa saat itu masih lama terkadang sadar atau tidak sering kali berbuat kesalahan kesalahan yang justru bisa megurangi timbangan amal kelak. ah.. memang amal kamu berapa sih bar!!..
Cerita sahabat tadi sepantasnya bisa membuat saya untuk lebih mawas diri bahwa memang kematian itu sangat dekat. Bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa ada sirine pemberitahuan terlebih dahulu. dan yang paling penting adalah ketika saat terakhir itu tiba, dalam keadaan bagaimana saya kelak menemui Rabb yang maha suci..
Duhh... ampuni saya ya Allah, bimbing dan cintailah saya..Tunjuki saya kepada jalan kebenaran agar di saat-saat terakhir nanti hanya nama-Mu yang bisa ku sebut...
Cerita sahabat tadi juga seolah memebangunkan saya untuk lebih maksimal lagi mendekati orang tua saya.. Abah dan Mama tercinta..
Ya.. semenjak menikah dan memiliki anak, praktis frekuensi kehadiran saya di tengah-tengah mereka berkurang cukup drastis...
Mereka meamang tidak pernah protes, tapi saya tau kalau mereka sangat ingin selalu berkumpul dengan anak dan cucunya...
Ya Allah, cintai kedua orang tuaku, ampuni semua kesalahan mereka, sayangi mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil...
Abah... mama... saya kangen...
Senin, Maret 23, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar